DIASPORA WARGA KETURUNAN ARAB ASAL HADRAMAUT YAMAN (HADRAMI), CATATAN RELASI HISTORIA DAN KEKERABATAN DI INDONESIA

14 Mei 2022

Oleh Mochtar Marhum

Memahami sejarah lokal dan nasional itu penting tapi juga tidak kalah pentingnya memahami sejarah internasional dan regional termasuk memahami sejarah migrasi dan diaspora bangsa keturunan Arab Hadrami asal Yaman di Indonesia dan peranan mereka dari awal sebelum kemerdekaan ketika Indonesia masih disebut nusantara hingga peran mereka dalam mengisi kemerdekaan saat ini.

Tidak banyak literatur, referensi dan jejak digital tentang migrasi dan diaspora warga keturunan Arab di Asia Tenggara khususnya di Indonesia.

Namun, terdapat sejumlah kajian sejarah migrasi bagnsa Arab dan hubungan internasional yang telah ditulis oleh  sejumlah pakar sejarah dan pakar hubungan internasional dari Belanda, Australia dan Indonesia dan telah dijadikan referensi tulisan tentang migrasi Hadrami di Indonesia.

Awal abad ke 19 wilayah Yaman terbagi menjadi wilayah kekuasaan pemerintahan Kolonial Inggris (British Empire) dan wilayah kekuasaan Khilafah Ustmaniyah (Ottoman Empire).

Tahun 1918 Khilafah Ustmaniyah meninggalkan Yaman dan dilanjutkan dengan pemerintahan Kolonial Inggris sampai tahun 1967.

Sebelumnya wilayah Yaman terbagi menjadi Yaman Utara dan Yaman Selatan. Dan pada tahun 1990 Yaman Utara dan Yaman Selatan bergabung menjadi Republik Yaman.

Laporan Bada Badan Inteljen Amerika CIA pada  tahun 2010 sebelum terjadi Revolusi Arab (Arab Spring) terdapat 65 persen warga Yaman merupakan penganut Sunni dan 34 persen penaganut Syiah. Dan  1 persen terdiri dari Yahudi, Bahai, Hindu, dan Kristen.

Namun sejak tahun 1990an ketika masuknya ajaran Salafi dan Wahabi, yang dibawa seorang tokoh ulama ke Yaman bagian utara telah terjadi perubahan.

Unifikasi atau penyatuan Yaman Utara dan Yaman Selatan juga tidak berjalan mulus karena terus terjadi pergolakan ekonomi dan politik hingga tahun 1994 terjadi perang saudara.

Yaman Selatan dulu pernah punya Afiliasi ideologi politik dengan Uni Soviet dan sempat mendapat pengaruh Marxisme.

Krisis Yaman secara kronologis dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebelum fenomena Arab Spring (Revolusi Arab) dan setelah Arab Spring.

Arab Spring merupakan gelombang gerakan revolusioner yang pertama kali dikenal di Tunisia pada Desember 2010. Fenomena Arab Spring  atau revolusi Arab pada perkembangannya memperburuk kondisi krisis di Yaman pada sekitar tahun 2011 hingga saat ini.

Terjadinya Revolusi Arab atau Arab Spring menjadi kesempatan kelompok pejuang Houti di Utara Yaman yang lama termarjinal dan merasa dianaktirikan.

Mereka awalnya ikut dalam demonstrasi anti pemerintah dan akhirnya melakukan pemerontakan dan mengambilalih pemerintahan yang sah.

Kelompok Houti adalah penganut Shiah yang dibacking oleh Iran dan sekutunya. Sedangkan pemerintahan yang sah adalah penganut Sunni yang dibacking oleh Saudi Arabia dan sekutunya dan proxy Amerika dan sekutunya

Perang Saudara di Yaman sudah berlangsung kurang lebih delapan tahun. LAPORAN Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang terbaru memproyeksikan bahwa korban tewas dari perang Yaman mencapai 377.000 pada akhir tahun 2021, termasuk mereka yang terbunuh sebagai akibat dari penyebab langsung dan tidak langsung.

Ada sebuah buku yang ditulis oleh Hendri F Isnaeni berjudul SEJARAH KEDATANGAN IMIGRAN ASAL ARAB HADRAMAUT (HADRAMI) KE NUSANTARA (INDONESIA), buku terbitan tahun 2015.

Dalam buku itu banyak dikutip temuan hasil riset seorang akademisi bernama Natalie Monie Kasheh dari Monash Unisversity Melborne Australia yang pernah menulis buku tentang kebangkitan warga keturunan Arab Hadramaut Yaman (Hadrami) di Indonesia.

Dan  dia juga pernah menulis artikel tentang kedatangan warga  Hadrami ke Nusantara untuk berniaga dan Syiar agama.

Lebih lanjut menurut Monie, orang Hadrami dikenal sejak dahulu kala sebagai pelaut dan pedagang. Warga Hadrami mirip bangsa Phoenicia yang sekarang dikenal sebagai bangsa Libanon dan Suria.

Rute perdagangan orang Hadrami ke Nusantara diperkirakan dimulai sejak abad ke tujuh. Mereka berniaga dengan membeli sejumlah komoditas di nusantara dan kembali dijual di tempat lain.

Pakar Sejarah dan Hubungan Internasional lainnya menyebutkan bahwa migrasi Hadrami ke Nusantara diakibatkan situasi politik dan keamanan di Yaman pada saat itu kurang stabil.

Migrasi ke Wilayah Asia Selatan, Asia Tenggara dan Nusantara dimulai dari kalangan Sayyid Alawiyin, Keturunan Nabi Muhammad (dari garis keturyab Fatimah dan Ali bin Abi Thalib).

Menurut Hikmawan Saifullah, dosen Hubungan Internasional Universitas Padjajaran Bandung yang juga seorang akademisi keturunan Hadrami dan telah banyak melakukan penelitian dan publikasi tentang migrasi bangsa Arab keturunan Hadrami di Nusantara. Beliau katakan bahwa pada abad ke 8 dan ke 9 di masa Dinasti Rezim Umayah dan Abasyia, kalangan Sayyid menjadi target pembunuhan karena dikhawatirkan oleh Rezim saat itu mereka bisa menjadi ancaman politik.

Akibat terus menjadi target dan intimidasi akhirnya kalangan Syahid Alawyin berimigrasi ke beberapa wilayah seperti ke wilayah sekitar laut merah, Afrika, Parsia (Iran), India dan Asia Tenggara termasuk ke wilayah nusantara yang sekarang dikenal dengan nama Indonesia.

LWC Van Van Den Berg seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda pada saat itu menyebutkan bahwa ada juga bangsa Arab dari Makka dan wilayah Arab lainnya datang ke Nusantara tapi mereka hanya datang sebentar terkait urusan ibadah Haji dan donasi atau sumbangan untuk umat tapi mereka tidak menetap di nusatara, mereka kemudian kembali Makkah.

Orang Arab yang tinggal dan menetap pada saat itu hanyalah bangsa Arab keturunan Hadrami (Hadramaut) Yaman.

Hingga saat ini warga keturunan Arab Hadrami bisa ditemukan hampir seluruh wilayah NKRI mulai dari Provinsi Aceh sampai wilayah Provinsi Papua.

Bahkan juga sampai di wilayah Provinsi Timor Timor Leste yang kini telah berpisah dengan NKRI dan pernah memiliki Kepala Pemerintahan Pertama (Perdana Menteri) yaitu Mar’i Alkairi, warga keturunan Arab Hadrami.

Tapi ada juga versi lain menyebutkan bahwa warga keturunan Hadrami di Timor Timor dulunya dibawa oleh pemerintahan Kolonial Portugis ke Timor Timor karena dulunya Timor Timor pernah dijajah Portugis dan bangsa Protugis yang membawa warga keturunan Hadrami dari negara bekas ajajahannya di Afrika ke Timor Timor.

Sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis keturun Hadrami berjudul IDENTITAS ARAB ITU ILUSI: KRITIK ATAS OTO KRITIK, SAYA HABIB SAYA INDONESIA. Buku ini masih sangat baru terbit tanggal 13 Mei 2022. Buku yang diterbitkan di Amsterdam Belanda ini juga telah terbit di banyak negara.

Dalam buku tersebut disinggung peran dan dominasi minoritas (Dominant Minorities), disebutkan jumlah warga keturunan Arab Hadrami jumlahnya minoritas tapi punya peranan yang sangat dominan. Warga Keturunan Arab Yaman (Hadrami) di Indonesia punya peranan yang sangat penting dan signifikan.

Warga keturunan Arab Hadrami memegang posisi penting dalam berbagai bidang mulai dari aspek agama, pendidikan, politik, pemerintahan dan wirausaha atau bisnis.

Keterlibatan warga keturunan Arab Yaman mulai dari perjuangan kemerdekaan hinggi Era kemerdekaan telah tercatat dalam sejarah Indonesia.

Juga sejumlah jabatan penting setingkat pejabat tinggi negara, mentri kabinet, Kepala daerah, Akademisi, Politisi dan apalagi posisi sebagai tokoh agama, ulama dan penceramah kondang juga tidak terhitung jumlahnya, banyak dari latar belakang warga keturunan Arab Hadrami Yaman.

Di Sulawesi Tengah terdapat Organisasi Keagamaan terbesar di Indonesia Timur yaitu Alkhairat.

Tokoh penting yang menjadi icon ternama pendiri Alkhairat adalah Almarhum bapak Almarhum Habib Sayyid Idrus bin Salim al-Jufri atau yang lebih dikenal dekat dengan sebutan Kehormatan “GURU TUA”. Beliau lahir di Hadhramaut Yaman tanggal 15 Maret 1892 dan wafat di Palu pada tanggal 22 Desember tahun1969.

Beliau seorang tokoh agama yang kharismatik berpandangan moderat, toleran dan inklusif dan sangat dihormati olah masyarakat dari berbagai latar belakang agama dan etnis.

Beliau punya jasa besar dalam mengembangkan Pendidikan di Sulawesi Tengah dan kawasan Timur Indonesia dan bahkan beliau juga pernah diusulkan menjadi Pahlawan Nasional.

Kini Kantor Pengurus Besar Alkhairaat, Kantor Pusatnya berada di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Alkhairat memiliki sejumlah lembaga pendidikan keagamaan termasuk Pasantren dan lembaga pendidikan formal lainnya mulai dari jenjang TK, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah hingga Perguruan Tiinggi. Di bidang wira usaha dan bisnis juga termasuk maju meliki Mall Swalayan dan Gedung yang disewakan untuk acara pesta pernikahan dan kegiatan keagamaan dan akademik lainnya.

Setiap tahun diadakan peringatan HAUL GURU TUA dan hari ini diperingati  HAUL GURU TUA ke 54 setelah kurang lebih dua tahun berturut hanya diselenggarakan secara virtual atau online akibat harus mematuhi protokol Covid 19.

Menurut informasi update dari panitia Haul Guru Tua tahun ini dihadiri udangan sekitar 30.000 dan diselenggarakan di kawasan wisata religi Kompleks Alkhairaat di Jalan Sis Aljufri, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Akhirnya penulis mengucapakan Selamat memperingati HAUL GURU TUA semoga Alkhairat semakin maju, berjaya, selalu memberikan inspirasi dan pencerahan agama, edukasi, budaya dan berbagai aspek kehidupan penting….Amin….

 

Penulis: Akademisi UNTAD, Penulis (Kolumnis), Pegiat Literasi dan Media Sosial Alumni PhD., dan Masters dari Faculty of Education, Humanity, Law and Theology Flinders University AUSTRALIA

Pos terkait