Palu, 50detik.com– Ada yang berbeda di lereng Bukit Soeharto, Sabtu pagi (26/4). Bukan hanya deru napas dan derap kaki para pelari yang membelah sunyi rimba Tahura Poboya, tapi juga semangat untuk menyatu dengan alam, yang dipancarkan dua jurnalis asal Kota Palu, Wahono dari Radar Sulteng dan Rian Saputra dari TVRI Sulawesi Tengah.
Keduanya turut ambil bagian dalam ajang Tahura Trail Running Race (TTRR) 2025, pada kategori 15K. Di tengah jalur berbatu, tanjakan curam, dan kabut pagi yang menyapu pepohonan, mereka berlari bukan sekadar mengejar garis finis, melainkan mencari makna dari setiap langkah.
“Ini bukan soal finis di posisi berapa. Kami ingin merasakan tantangan trail run sekaligus menikmati keindahan lanskap Kota Palu,” ujar Wahono, yang juga menjabat Sekretaris Pewarta Foto Indonesia (PFI) Palu.
Selain itu kata dia, event ini adalah pengingat bahwa setiap langkah di jalur alam adalah perjalanan pulang menuju jati diri di mana tubuh, jiwa, dan alam berjalan beriringan.
“Cinta bisa hilang, tapi langkah kita tetap punya arah. Di tengah sunyi rimba dan peluh yang jatuh, kita belajar tak semua yang pergi harus dikejar, dan tak semua kehilangan harus disesali” tutup Wahono berpujangga.
TTRR 2025 menyuguhkan dua kategori: 5K dan 15K, yang dimulai dari kawasan Bukit Soeharto, salah satu spot favorit pencinta alam dengan elevasi menantang dan panorama eksotis di sisi timur Kota Palu. Rute ini tak hanya menguji fisik, tapi juga memperkaya jiwa, membawa para pelari menembus hutan sekunder, melintasi bukit, dan bersua langsung dengan keheningan alam yang memeluk.
Digelar pertama kali, Tahura Trail Running Race tak sekadar lomba. Ia menjadi panggung promosi ekowisata dan pelestarian hutan kota, sekaligus ajakan untuk menghargai bumi lewat aktivitas trail run. Diperkirakan ratusan pelari dari berbagai komunitas dan daerah ambil bagian, menjadikan event ini bukan hanya titik temu semangat kompetisi, tetapi juga selebrasi kecintaan pada alam.(*)