Sofyan: Membunuh Rasa Takut Perjalanan Panjang ke Tolitoli

50detik.com– Memasuki kawasan Cagar Alam Gunung Tinombala lewat jalan ekstrim Pasir Putih dari Poros Pantai Timur agak ngeri ngeri sedap. Maklum jalan sempit curam mendaki adalah spot jalan terkenal angker tapi menantang para pengendara.

Siang di penghujung bulan Maret itu hujan deras membasahi lahan dengan kabut yang membatasi jarak pandang hanya sekitaran 10 meteran. Matahari di telan kabut, udara dingin menusuk tulang tapi tak mengubah semangat kami untuk bisa melintasi dan menaklukan sekali lagi kawasan cagar alam menuju kota Toli Toli.

Satu jam setengah waktu terlewat dan pada akhirnya sampai kami dipertigaan Basidondo. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 sore dan hujan lebat masih mengguyur hingga kami memasuki kawasan rawan banjir di Desa Lampasio.

Alhamdulillah, tantangan kedua bisa kami lintasi tanpa harus tertanam di kubangan lumpur akibat adanya cutting bukit pelebaran dan renovasI jalan. Kami mengejar waktu berbuka puasa di kota Tolitoli.

Alhamdulillah, tepat maghrib kami sampai dan langsung berbuka di Hotel Alatas menyantap kue Tetu dan onde onde yang berhasil mengubur kecemasan, lelah dan dahaga serta lapar. Ramadhan penuh berkah.

Bawaslu kabupaten Tolitoli memanggil untuk memberi sentuhan pada seluruh pasukan pengawas tingkat kecamatan dalam persiapan hadapi Pemilu dan Pilkada serentak tahun 2024.

Wajah-wajah penuh semangat para pengawas di sela pemaparan materi menjadi penyemangat kami untuk memberikan bukan saja materi tapi seluruh bekal ketrampilan dan kiat kiat yang diperlukan sebagai pengawas.

Salah satu bekal penting adalah mencoba menaikan mereka pada level 7 sebagai pengawas dengan pendekatan ESQ Ary Ginanjar.

In shaa Allah, bekal itu bisa memotivasi pasukan pengawas untuk bisa bekerja efektif di tengah banyak keterbatasan anggaran dan tantangan menghadapi kerawanan pemilihan umum dan pilkada serentak.

Usai membawakan materi kami sore pukul 17.00 langsung berkemas kembali pulang ke Palu. Besok pagi saya harus serah terima jabatan kepada kepala perwakilan Ombudsman yang baru.

Mencoba keluar kota Tolitoli kami dihadang berita bahwa kawasan Lampasio sedang dilanda banjir. Saat kami berbuka puasa di pinggir rawa kuala Lampasio, kami melihat banyak kendaraan tertahan melintasi sungai.

Suara gemuruh kepala banjir terdengar keras. Jalur sungai tak bisa dilintasi. Saat berbuka puasa kami ambil keputusan untuk kembali masuk kota Tolitoli.

Jam 20.00 malam kami masuk kota dan singgah di rumah sahabat Agus Bakri salah seorang komisioner KPU Tolitoli.

Beliau menyarankan kami untuk lewat jalan alternatif lewat Gunuung Desa Ogoidede. Beliau siap jadi penunjuk jalan dan kebetulan hendak ke Palu urus berkas mendaftar kembali pada test komisioner KPU periode 2023 – 2027.

Jam 22.00, kami bergerak menempuh kawasan gunung di Ogoidede. Sunyi mencekam melewati jalan batu kerikil sempit nan gelap di tengah guyuran hujan yang seakan belum puas menyiram Toli Toli 2 hari terakhir.

Tak ada jalan lain, besok saya harus kembali masuk ke Palu. 2 jam lebih kawasan hutan kami terobos dan akhirnya kami sampai di pertigaan Basidondo.

Kamipun berhenti sejenak di warung sederhana merasakan kopi pahit panas dan seporsi mie instan. Tengah malam itu kami kembali melintasi kawasan Cagar Alam Tinombala pada poros jalan Pasir Putih.

Tak ada pilihan. 2 jam lebih kami lintasi kawasan cagar alam dengan selamat. Tepat pukul 03.00 pagi berhenti di warung Gorontalo di Tomini untuk
Sahur.

Alhamdulillah, rombongan kami masih bisa dilayani untuk bersahur dengan panganan khas ikan bakar segar. Sahur ini istimewa, tak ada lagi rasa cemas.

Kami telah lewati hari-hari panjang sebelumnya. Ke khawatiran bakal terjebak di hutan belantara tak terjadi.

Alhamdulillah, tepat jam 10 pagi kami masuk kota Palu dan langsung menuju acara serah terima jabatan. Tidak menunggu sampai 5 menit, pak Jemsly pengampu Ombudsman perwakilan Sulawesi Tengah turun dari mimbar mempersilahkan saya untuk memberi sambutan.

Di penghujung acara serah terima, saya panjang lebar sedikit berorasi kilas balik 10 tahunan ber ombudsman sambil menyampaikan kesan dan pesan sekaligus berpamit kepada masyarakat Sulawesi Tengah di hadapan para pemegang kekuasaan dan stakeholders lainnya yang menghadiri undangan Ombudsman. Sedikit air mata, dan selanjutnya dunia berjalan terus.

Menjadi catatan penting, saya sampaikan bahwa poros jalan menuju Tolitoli perlu menjadi perhatian khusus. Bukan hanya renovasi jalan di kawasan Cagar Alam Tinombala tapi jalan alternatif Gunung di Ogoidede perlu diperhatikan karena itulah satu satunya jalan yang bisa dilewati saat bencana banjir melanda.

Gubernur bersama Bupati Parigi Moutong, Bupati Tolitoli dan Bupati Buol harus duduk bersama merencanakan perbaikan poros jalan masuk dan keluar kabupaten Tolitoli.

Khusus kawasan Lampasio yang ber rawa dan rentan banjir perlu dipikirkan dibangunnya sebuah jembatan untuk bisa mengarahkan dan memberi jalan bagi air yang melintas.

Jika hanya sekedar memperbaiki jalan yang ada, puluhan tahun sejaraha membuktikan bahwa jalan itu terus digerus oleh banjir.

Ada nuansa proyek renovasi jalan merupakan proyek abadi. Puluhan milyar dana menghilang di terjang banjir.

Air amat sangat dahsyat menghantam siapapun menghalanginya dan itu perlu diarahkan dan diberi jalan. Membangun sebuah jembatan panjang melintas kawasan rawa perlu dipikirkan.

Menindak pengrusakkan kawasan hutan di atas Sungai Lampasio juga menjadi perhatian khusus pemerintah. Pembukaan kawasan hutan untuk pertambangan juga harus ditinjau kembali. Hanya sekedar saran.

SFL – Sosial worker
Palu 12 April 2023

Pos terkait