Laporan : Mulyadi T Bua/Tim
Luwuk50detik.com—Pelaku usaha di Luwuk, Kabupaten Banggai membutuhkan dukungan sektor logistik yang lebih efisien untuk bisa bangkit lebih cepat akibat pandemi Covid-19.
Sebagai daerah yang kaya sumber daya alam seperti nikel, LNG, perikanan, perkebunan dan pariwisata, Luwuk memiliki potensi ekonomi yang besar untuk dikembangkan.
Karenanya sektor logistik perlu mendapatkan perhatian.
Mantan Ketua HIPMI Kabupaten Banggai, Michael Tendean, mengakui, dukungan sektor logistik yang efisien sangat dibutuhkan untuk memercepat pemulihan ekonomi. Termasuk di Luwuk Kabupaten Banggai. Tidak hanya di sektor UMKM.
Masuknya investor baru juga dibutuhkan untuk menggerakkan ekonomi di Banggai ini. “Masuknya investasi baru selalu membawa manfaat bagi daerah, membuka lapangan kerja baru, meningkatkan ekonomi masyarakat,” katanya.
Pemulihan ekonomi menurutnya perlu diupayakan dari semua sektor. Termasuk dari sisi bisnis pelayaran yang memberikan konstribusi besar dalam menggerakkan roda ekonomi masyarakat.
“Pelaku bisnis pelayaran harus didorong untuk dapat menjalankan usahanya seefisien mungkin, sehingga arus keluar masuknya barang pengusaha dan masyarakat semakin lancar, ini akan berimbas pada harga barang-barang, khususnya barang modal yang masuk ke Luwuk semakin terjangkau. Inilah yang juga harus menjadi fokus pemerintah daerah dan jajarannya,” imbuhnya.
Ia menilai keterpurukan harga komoditas perkebunan seperti cengkih juga tak lepas dari kurang lancarnya akses transportasi, baik keluar maupun masuk ke daerah ini.
“Karenanya akses untuk memasarkan produk ini dibutuhkan. Semakin banyak semakin bagus, seperti di sektor penerbangan, semakin banyak maskapai yang masuk semakin besar manfaatnya bagi daerah,” paparnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah, selama Januari-Agustus 2020 aktivitas pelabuhan mengalami perlambatan. Volume bongkar turun 3,55 persen dan volume muat jatuh 70,56 persen.Tingkat sarana transportasi kapal barang juga tercatat turun 18,34 persen menjadi 36.211 ton per Agustus 2020 dibanding Juli 2020 sebesar 44.346 ton.
Khel-sapaan akrab-Michael Tendean, menekankan agar ekonomi bisa cepat berputar arus masuk barang ke Luwuk harus lebih besar lagi. Karena itu dibutuhkan banyak pemodal baru agar lapangan kerja tercipta dan pendapatan masyarakat kembali naik.
Sistem logistik Indonesia masih tertinggal dari negara tetangga di Asia Tenggara seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Singapura. Pada 2018, data Kementerian Perindustrian mencatat biaya logistik Indonesia mencapai 24% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Biaya logistik pengiriman barang di Indonesia lebih tinggi daripada Malaysia yang sebesar 13 persen, Vietnam 20 persen, Thailand 15 persen, dan Singapura 8 persen.
Biaya logistik bisa ditekan dengan dua cara. Pertama, pemerintah mesti terus membangun infrastruktur untuk mempercepat konektivitas barang dan jasa. Kedua, pemerintah harus memperbaiki jaringan distribusi.
“Untuk membangun jaringan distribusi dapat dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Partisipasi sektor swasta untuk terlibat dalam penguatan jaringan distribusi di kabupaten Banggai ini mendesak dilakukan,” aku Michael Tendean.
Sejalan dengannya.
Rektor Universitas Muhammadiyah Luwuk, Sutrisno K Djawa menyatakan, supply chain di Luwuk perlu mendapatkan perhatian. Terutama dalam upaya memulihkan roda ekonomi masyarakat yang melambat akibat pandemi Covid-19.
“Supply chain atau rantai pasokan perlu dibuat efisien. Harus dibuat mudah, tidak bisa panjang, harus dipotong. Ini semangatnya tol laut yang digagas presiden Jokowi yakni mensupport supply chain agar mobilitas barang antar pulau makin mudah dan lancar,” paparnya.
Ia melihat pelabuhan pelabuhan di Luwuk masih relatif sepi karena supply chain masih sangat panjang. Semua masih berasal dari pulau Jawa. Padahal, suplai barang bisa saja dari Makassar, kota terdekat dari Luwuk Kabupaten Banggai. Pelabuhan kota Luwuk masih membutuhkan dan mampu untuk melayani pelayaran baru yang akan memberikan nilai tambah bagi Logistics Supply Chain di Luwuk.
Investor yang bergerak dibidang angkutan logistik harus memanfaatkan teknologi digital untuk memperpendek saluran distribusi, investor harus berkolaborasi dengan perusahaan kapal di seluruh Nusantara sehingga memperpendek saluran distribusi.
“Di era digital seperti ini, investor–investor baru diperlukan. Tak perlu yang harus memiliki kapal, yang penting investasinya, kapal bisa digerakkan dari pelabuhan terdekat, seperti Makassar, sehingga arus barang makin mudah dan lancar masuk maupun keluar,” paparnya.***