MENGENANG TRENDSETTER KEBIJAKAN PUBLIK: ALMARHUM ICHSAN LOULEMBAH

Sejak usia muda, sohib ini selalu membuat banyak kejutan. Dahulu tak ada yang menyangka kalau mahasiswa ini berkehendak merebut kursi Ketua Cabang pasca Syamsu Alam Dg Sau memimpin organisasi HMI Cabang Palu.

Tak banyak yang memprediksi kalau mahasiswa dari komisariat Fisip UNTAD ini terlibat jauh dalam kontestasi ketua Cabang pada Konferensi HMI Cabang Palu 1990 Banyak kubu kelabakan hadapi gerakan beliau bersama gerbong komisariat (NU) nya. Komisariat Hukum sebagai pesaing dengan 6 komisariat lainnya tak ada yang menduga kalau konferensi itu akhirnya sukses dimenangkan beliau.

Kejutan berikut berlanjut dimana saat memimpin HMI Cabang Palu beliau menggebrak dunia kepemudaan dengan menyatakan ” HMI Cabang Palu keluar dari KNPI” Suatu langkah berani yang tak lazim dan dianggap berani lagi cerdas sebagai pemikiran menohok mainstream dunia kepemudaan saat Orde Baru yang tak habis habisnya membelenggu suara pemuda harus senada dan seirama dengan kekuasaan saat itu.

Pernyataan ini bukan saja membakar jenggot para pimpinan OKP di Sulteng termasuk para tokoh dan alumni keluarga besar HMI d Sulawesi Tengah.

Dinding kantor KESBANGLIMAS pun bukan hanya diketuk tapi digedor keras oleh pernyataan tersebut. Penguasa lokal banyak yang marah dan tentu tokoh HMI lainnya sibuk lakukan “netralisir keadaan” terutama mereka yang sedang bermanis mesra dalam partai politik pendukung kekuasaan saat itu.

Ichsan Loulembah menjadi buah bibir dimana mana. Banyak yang mencerca tapi saya yakin banyak pula yang mendukung dan ajukan jempol besar atas perlawanan beliau terhadap kekuasaan orde baru.

Saya tak memframming beliau sebagai tokoh perlawanan orde baru. Tapi apa yang dilakukan ” lawan berpikir” saya itu adalah sebuah lompatan pemikiran cerdas yang diambil anak muda HMI dari bumi Tadulako. Beliau menjadi trending topik dunia kepemudaan di Indonesia.

Saat reformasi 1998 lalu kembali pemuda ini memilih karir sebagai seorang politisi senator di DPD RI. Tak ada yang menyangka beliau sukses duduki salah satu kursi senator.

Anggota DPD RI asal Sulawesi Tengah ini bukan saja mewakili mewakili generasi muda Sulawesi Tengah tapi bisa disebut mewakili generasi muda dari bumi belahan Timur Indonesia.

Pemuda ini mewarisi tradisi masyarakat Dolo-Sigi yang sejak lahir sudah ditakdirkan piawai berorganisasi. “Trah ” Loulembah adalah jaminan personal garansi. 5 tahun berlalu hingga akhir periode DPD RI telah mematangkan pemuda ini dalam kancah politik di Indonesia.

Saat RAKERNAS Ombudsman RI di tahun 2017 di kawasan Jakarta Selatan, tiba tiba beliau mengontak saya untuk janjian bertemu. Beliau katakan kita berdua harus bertemu karena ada persoalan yang penting didiskusikan.

Selain kerinduan karena sudah lama tak bertemu, ini menjadi sebuah kehormatan dimana seorang mantan senator berhasrat menemui saudaranya. Siapa bisa menolak?

Dimulai dengan pembicaraan ringan hingga akhirnya memuncak pada pokok bahasan yang memang mengganjal antara kami berdua. Beliau mengantar pada beratnya masalah kehidupan ketatanegaraan yang telah beliau lalui dan beliau sampai pada sebuah pertanyaan penting. Apakah kita larut dalam situasi pragmatis politik transaksional di titik nadir kehidupan berbangsa dan bernegara?

Apa peran kita? Pertanyaan itu lama membungkam kami berdua. Beliau memulai lagi pembicaraan, “mengapa saya tak lagi berkeinginan menjadi senator? Saya pikir bukan disitu peran kita”, beliau memulai lagi menelisik pikiran saya.

Masyarakat Indonesia harus dicerdaskan dan diberi penguatan. Civil Society harus berdaya dalam hal lahirnya sebuah kebijakan hingga mengawasi jalannya kebijakan publik itu. Itulah mengapa saya sekarang membangun sebuah keterbukaan informasi publik di Jakarta.

Beliau benar, dahulu memang beliau telah memulai dan piawai menjadi penyiar radio di Nebula FM bahkan beliau salah seorang pegiat Lsm LSPM yang aktif hadiri diskusi publik lewat kajian kajian cerdas kebijakan Publik di era 80-90 an di Sulawesi Tengah. Diskusi Gado Gado Boplo di radio Jakarta adalah salah satu legacy yang banyak kalangan membuktikan kehadirannya di ibukota Negara itu.

Tak habis disitu pembicaraan kami. Saya masih mencoba rasa penasaran saya akan jalan pikiran beliau dengan memulai sebuah pertanyaan. Dalam rumor pelaksanaan Pilkada Gubernur di Sulawesi Tengah, saya mendengar kalau Ichan digadang gadang akan menjadi pendamping sebagai wakil gubernur salah seorang kandidat? Tanya saya.

Beliau diam dan kembali menegaskan bahwa beliau sudah tidak tertarik berkecimpung di dunia politik praktis. Sofyan, pegang komitmen bahwa saya sudah sepakat dengan keluarga untuk tidak mau dicalonkan apalagi mencalonkan diri. Tidak Sofyan tegas beliau.

Tiba tiba dia balik bertanya, kalau ente bagaimana? Lama saya terdiam. Beruntung masih ada seteguk penyelamat dari secangkir kopi yang kami pesan masing masing sebelumnya sebagai ritual bila kami berdiskusi.

Bung Ichan, saya sepakat dengan jalan pemikiran ente. Dunia politik memang memacu adrenalin nafsu kekuasaan kita. Itu bukan kebutuhan kita dan tentu peranan kita bukan hanya disitu.

Saya juga tidak tertarik dengan dunia politik lagi. Cukup saya merantau dari partai satu ke partai lainnya. Saya tidak cukup kuat dan tak punya jantung lebih dalam berpolitik.

Jantung saya hanya satu. Saat ini saya sudah cukup puas di Ombudsman. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk lakukan pemenuhan dan ambil peran dalam reformasi birokrasi.

Saya belum punya legacy satupun. Saya ikut komiu bung Ichan. Kita tinggalkan dunia politik, bagaimana? Biarkanlah mereka para orang tua masih bernafsu memimpin Sulawesi Tengah.

Kita harus ikhlas menerima semua ini meski kita menjadi generasi yang hilang. Beri jalan pada generasi di bawah kita untuk bersiap memimpin Daerah kita. Mereka anak anak muda yang cerdas pula.

Kami berduapun berpelukan sekaligus mengakhiri pertemuan di sore itu. Kami berdua rupanya telah mendapatkan pesan dari orang tua kami untuk tidak berpolitik praktis. Mendekati Maghrib kamipun berpisah.

Malam ini, Selasa 1 Agustus 2023 adalah malam ketiga wafatnya saudara sekaligus sahabat M.Ichsan Loulembah. Beliau adalah seorang trend setter yang menjadi panutan bagaimana seharusnya menjadi seorang pemuda dalam menyikapi sebuah kebijakan publik dampaknya terhadap masyarakat.

Legacy yang beliau tinggalkan adalah sedekah sekaligus amal ibadah beliau menghadap Tuhan Yang Maha Mencintai. Selamat jalan saudaraku, dan al Fatihah mengiring kepergianmu.
KABONENA, 1 gustus 2023
SFL – SOCIAL WORKER

Pos terkait