Laporan: : Mulyadi
Bangkep50detik.com-Miris melihat kondisi warga Bulagi yang sudah sekian puluh tahun harus rela menelan getirnya kesengsaraan atas minimnya ketersedian air bersih.
Kegamangan rakyat Bulagi semakin menjadi-jadi tatkala musim kemarau membaluti wilayah itu. Tak heran beragam cara warga dilakukan hanya untuk menikmati setetes air bersih. Mereka menyuarakan nada sumbang untuk penyelenggara pemerintah. Karena dinilai tidak ada kepedulian untuk memutus mata rantai kesengsaraan itu.
Nada sumbang itu lantas membuat dua penyelengara pemerintah saling tuding atas nama kebenaran, kepedulian dan keseriusan untuk melenyapkan selaksa penderitaan rakyat Bulagi.
Kemarin (4/11) rakyat Bulagi mulai bereaksi untuk memperjuangkan setetes air kehidupan. Rakyat teriak, marah dan nyaris anarkis. Pejabat teras menjadi ‘sandera’ atas kepentingan mereka. Penetrasi ratusan rakyat melalui aksi itu, menghasilkan ‘surat sakti’ yang kemudian disepakati oleh tiga belah pihak yakni eksekutif, legislatif dan rakyat. Menjadi pertanyaannya adalah apakah ‘surat sakti’ itu dibuat atas nama nurani atau karena paksaan atau hanya karena adanya penetrasi rakyat. Atau ‘surat sakti’ itu hanya menjadi alat untuk meninabobokan rakyat agar tak geliat lagi menyuarakan nada sumbang itu..?. Entahlah. Namun itu satu langkah maju dari seribu langkah untuk mengentaskan masalah air bersih.
Narasi politik yang dijanjikan dalam kesepakatan akan menjadi bukti autentik, dalam lembaran sejarah rakyat Bulagi. Bahkan jabatan dipertaruhkan sebagai wujud keseriuasan. Demikian pula dengan janji Rp.100 miliar pengalokasian pembiayaan tahun depan, yang sebagian orang menilai inilah kolaborasi kebohongan sempurna yang pernah ditawarkan kepada rakyat.
Apakah janji-janji itu akan menjadi lembaran sejarah pupusnya kesengsaraan atau hanya sekedar narasi ninabobo sebagai pengantar tidur saja..?
Fakta hari ini, adalah gerakan akumulatif kekecewaan atau menurunnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintahnya. Kemudian menjadi alasan salah seorang putra Bulagi yang duduk di parlemen Trikora Bangkep angkat bicara. Sosok itu adalah Bikham Masso yang tidak henti-hentinya menyuarakan kepentingan rakyat yang diwakilinya itu.
Kemarin di beranda Kantor Dewan Bangkep, Bikham Masso membeberkan semua proses pengusulan pembiayaan pengentasan air bersih di tanah kelahirannya itu.
“Setiap tahun, lembaga legislatif mendorrong pemerintah Bangkep agar masalah air bersih menjadi prioritas dan konsentrasi pembiayaan,” paparnya.
Namun entah kenapa rakyat lagi-lagi menelan pil pahit, karena usulan legislatif ditampik dan tidak terealisasi dengan pelbagai alasan yang tidak jelas.
Mendongkol, geram bahkan sampai pria yang lahir dari dapil empat ini, emosional untuk menyuarakah aspirasinya.
Ada penggalan pernyataan Bikham Masso dihadapan pejabat eksekutif pekan lalu ketika momen paripurna.
“Hari ini di tempat ini, saya menyuarakan kepentingan rakyat Bulagi dengan nada keras, tapi suara rakyat diluar sana jauh lebih keras ketik memperjuangkan setetes air. Laantas kenapa hari ini ada yang tampil bak pahlawan,” ujarnya.
Krisis air bersih di Bulagi menjadi masalah warisan yang mungkin butuh keseriusan untuk menanganinya.***