Palu, 50detik.com–Ikatan Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Sulteng menggelar safari magrib di masjid-masjid setiap Ahad.
“IPIM Sulteng melakukan safari magrib setiap hari Ahad di masjid-masjid yang ada dalam kota Palu, dalam rangka menyiarkan da’wah untuk memberikan pencerahan kepada para Imam dan pegawai syara’ serta jamaah masjid akan pentingnya salat berjamaah serta pengetahun agama lainnya, ” ungkap Ketua IPIM Sulteng, Drs H Abdul Azis Tammauni, MSi.
Program safari magrib tersebut kata Qari’ terbaik tingkat internasional itu, sebagai upaya saling mengingatkan pada kebaikan, sebagaimana peringatan Allah dalam QS. Adz-Dzariyat: 55. “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”.
Menurut Azis, imbauan untuk dapat senantiasa ikut berjamaah karena besarnya faedah yang diterima yakni 27 kali dibandingkan dengan shalat sendiri, sebagaimana hadis Nabi yang menyebutkan bahwa pahala shalat berjamaah adalah 27 kali dibandingkan dengan shalat sendiri.
Banyak orang Islam berhitung secara kuantitatif seolah-olah dengan melakukan shalat berjamaah maka ia akan menabung pahala sebanyak 27 kali.
Sebenarnya, kata Imam Masjid Agung Palu itu, bahwa hakikat terpenting daripada shalat berjamaah berarti berkelompok dengan panduan seorang imam.
“Semua makmum harus berbaris dengan shaf yang teratur dan lurus. Semua mengikuti arah Imam, betapa kuatnya organisasi ini. Siapa yang dapat mematahkan shaf yang kokoh? Sayang makna dari keuntungan shalat berjamaah luput dimengerti oleh umat islam, ” ungkapnya.
Dikatakan, salah satu kunci keberhasilan dakwah di zaman Rasulullah saw adalah persatuan, dan salah satu cara menumbuhkan persatuan tersebut adalah dengan shalat berjamaah, sehingga kecintaan mereka, disiplin dan keikhlasan mereka dalam menunaikan shalat berjamaah telah menumbuhkan semangat persatuan dan keberanian yang tinggi diantara mereka. di sisi lain hubungan silaturahmi yang penuh kasih sayang semangat erat terjalin diantara mereka, sehingga gambaran umat Islam yang bagaikan dua jari dieratkan benar-benar nampak di zaman itu.
Penulis: Masruhim Parukkai