Ada Apa di GKST Lage Poso, Ribuan Jemaat Berjubel

Rekan-rekan muslim berpose santai  usai bertugas menyambut tamu Natal yang hadir. (foto:ferdinan)

Laporan: Ferdinan

Poso, 50detik.com—Ada apa di Gereja Kristen Sulawesi Tengah ( GKST)  wilayah klasis Lage, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, ribuan jamaat berjubel, bahkan sejumlah kaum muslim ikut bergabung. Ternyata, Sabtu (1/12) jamaat GKST Lage menggelar perayaan natal, dimana umat muslim ikut larut mengamankan area gereja tersebut.

Kesan menarik itu, terjadi setelah 35 Tahun, untuk  kali kedua  Desa Malei, Kecamatan Lage, Kabupaten Poso  terpilih kembali menjadi  tuan rumah penerima perayaan  natal  bersama   Jemaat Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST)  wilayah klasis Lage, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

Sejak pukul  05.00 wita telah dihadiri ribuan Jemaat. Selain kehadiran para jemaat, terlihat pula di antaranya  Bupati Poso, Darmin Agustinus Sigilipu dalam acara menyambut kelahiran  Yesus Kristus,  yang diyakini umat Nasrani  sebagai juru  selamat  penebus dosa tersebut.

Bupati poso mengapresiasi  sedalam-dalamnya  atas  ketekunan para  jemaat  pada setiap perbadatan yang ada.

“Kita bukanlah apa-apa tanpa kasih Tuhan. Dan hanya dengan bertekun dan beribadah kepadanya  kita telah mewujudkan rasa syukur kepadaNYA,”  kata bupati Darmin.

Ada hal yang cukup menarik perhatian sore adalah ketika memasuki  tempat peribadatan.  Sebelum jemaat  memasuki halaman rumah ibadah (Gereja)  pada gerbang penyambutan tamu  telah berdiri dan  berjejer  saudara – saudara dari muslim dengan  berbagai tugas masing-masing. Dan pada  baris terakhir seorang gadis berpakaian  muslim  sempat  memasangi PIN terbuat dari pita berwarna hijau  berbentuk hati pada saku baju setiap pengunjung sore itu. .  Sejumlah masyarakat mengakui  bahwa ini adalah wujud  kesatuan dua elemen keagamaan  dalam  menunjukkan  toleransi, serta kerjasama  antar  umat dari agama berbeda.

“Kita harus bangga karena di wilayah kami telah terjalin hubungan yang sangat baik di  lintas masyarakat. Bahkan  pada maulid  yang baru berlalu  kami pun dari Nasrani ikut berpartisipasi pada acara tersebut. Kami orang Poso sudah belajar banyak dari kejadian 20 Tahun lalu  (1998) bahwa tidak ada apapun yang kami peroleh dari krisis sosial tersebut selain kerugian materil dan banyak lagi malapetaka yang terjadi,” ujar Christian Sambalagi  dengan wajah menyesal.

Setelah dua puluh Tahun  dari kejadian yang sempat menghebohkan  Kabupaten Poso akibat konflik horizontal  terjadi di masyarakat,  akhirnya  dari kejadian tragis tersebut  semua elemen masyarakat  berusaha melupakan  secara menyeluruh dan membangun  kembali  kesatuan yang hakiki  sesuai semboyan tanah Poso  yaitu  Sintuwu Maroso artinya  persaudaraan yang kuat.

 

Pos terkait