PALU 50detik. Com – Fahri Fajar 13 Tahun. Adalah satu diantara ribuan saksi hidup, bencana Tsunami dan liquifaksi yang menimpa kota Palu dan beberapa daerah lainya, 28 September 2018. Bencana menjadi perhatian dunia berkekuatan 7,4 M itu telah memicu pergeseran patahan dasar laut yang akhirnya menimbulkan Tsunami di kota Palu, Donggala, dan Pantai Barat.
Keadaan semakin parah setelah beberapa wilayah tiba –tiba di hantam gerakan tanah Liquifaksi yang akhirnya mengubur ribuan nyawa tak berdosa tanpa di ketahui keberadaanya sampai saat ini.
Sebagian yang selamat dari trauma bencana paling mengerikan itu. Mereka harus menanggung cacat seumur hidup karena telah kehilangan bagian dari tubuhnya.
Salah satu di antaranya adalah anak Fahri yang terpaksa merelakan kakinya bagian kanan untuk di amputasi agar nyawa anak saat ini sedang menempu pendidikan di Madrasah MTsn kelas VIII Palu Barat itu masih bisa terselamatkan.
Anak Fahri telah mengisahkan cerita pilu untuk kita semua. Karena selain dia sendiri telah mengalami cacat seumur hidup. Kepedihan lain yang harus di tanggung anak masih berusia belia itu, adalah harus kehilangan ibu kandung dan saudara kandungnya yang tertimbun gulungan tanah liquifaksi di pemukiman (Perumnas) kelurahan Balaroa Palu Barat, 2018 silam.
Pada hari Jumat ( 15/10) 2021. Sekelompok perempuan Srikandi dari Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Sulawesi Tengah berinisiatif mengunjungi kediaman Fahri bersama keluarga di hunian tetap (huntap) Tondo Kecamatan Mantikulore Palu.
Anak kuat dan tegar itu tak kuasa menahan tangis keharuan ketika matanya tertuju pada rombongan perempuan berkostum warna biru yang berniat menyerahkan paket sembako dan santunan uang tunai, guna mengurangi sedikit penderitaan Fahri dan keluarganya.
Bantuan tersebut di serahkan langsung Andi Jumriani Hamka sebagai bendahara umum partai demokrat kepada Fahri.
Lelehan air mata anak telah kehilangan ibu dan kakak kandungnya ini, semakin tidak terbendung ketika mendapat support penguatan dari para perempuan yang paham tentang naluri seorang ibu. Tidak ada yang mengerti apa yang sedang di rasakan anak Fahri saat itu. Yang pasti bahwa luapan perasaan itu Dia tumpahkan dalam lipatan – lipatan kertas yang tergemggam di jari manisnya.
Penulis : Ferdinand Puahadi