Pagi ini usai prosesi akad nikah dilanjutkan acara Bajamba. Apa itu? Kurang lebih Nosalia atau Nolabe biasa kita To Kaili di acara Posusa no Boti. Boti langgai adalah pinoana yang beruntung mempersunting gadis minang Bukit Tinggi. Jodoh menjadikannya pelanjut hubungan keluarga Kaili dan Minang yang telah lama dirajut oleh moyang kami “Into Kaili” dahulu kala. Prosesi Bajamba akhirnya memberikan anugrah kepada mempelai pria sebuah gelar Sutan Marajo yang berarti sejak setelah prosesi itu wajib menyandang nama menjadi Fauzan Sutan Marajo, Sang Maharaja.
Ada dua hal yang digaris bawahi, pertama setiap daerah punya adat masing-masing. Lain lubuk lain ilalang begitu pepatah mengajari kita. Kedua, jika ingin mendapatkan gelar, nikahlah dengan urang awak. Insha Allah lewat prosesi Bajamba diputuskan oleh ninik mamak dan Nagari sebuah gelar yang pantas. Dapatkan gelar lewat prosesi budaya perkawinan memang unik. Beda dengan acara Nosalia ataupun Nolabe kita yang tidak mempunyai kewenangan seperti itu. Tapi secara keseluruhan banyak kemiripan dalam tata cara Bajamba dengan Nosalia. Sejak awal dimulai secara bersama sama dan berakhir juga bersama sama menyudahinya.
Saat resepsi tak disangka keluarga di rantau datang menghadiri perhelatan itu. Namanya Kastam alias Thamrin Usman putra asal Tanjung Padang yang juga menikahi putri minang dan menetap di kota Padang bekerja sebagai dosen di Universitas Eka Sakti yang didirikan Alm. KH. Prof Dr.Andi Mustari Pide, SH, MH Ini adalah sebuah berkah mengingat misi lama dari keluarga untuk menelusuri jejak sejarah dapat dilanjutkan kembali.
Lewat sampesuvu ini maka “proyek” ini bisa dilanjutkan kembali. Panjang lebar kami bercerita dan menjadi lebih fokus ketika Akbar Putra Sirenja juga antusias ikut dengan rencana napak tilas ini mengingat beliau selain lahir sebagai putra Kaili-Minang juga adalah koresponden di media harian Republika. Walhasil, ada beban tugas khusus kepada mereka berdua untuk menyusun langkah menelusuri jejak “Into Kaili” di ranah Minang.
Siapakah Into Kaili itu? Seberapa penting moyang kami itu ? Dahulu kala, Into Kaili pergi ke negeri Tumasik (Singapura) hendak berniaga dengan kapal besar bersama rombongan saudagar dan para pengawalnya.
Maklum beliau adalah putra mahkota dari Kelangganunuan Boya Peramba sebelum berubah namanya menjadi Tavaili. Perjalanan tidak berjalan mulus dimana rombongan saudagar dihantam ombak dari badai besar Selat Malaka yang menerpa.
Akhirnya mereka terdampar di pantai Sumatera dan mendapatkan perlindungan dari penguasa setempat yang membawa mereka hingga sampai di kerajaan negeri Solok.
Takdir Into Kaili ini pada akhirnya menetap dan membangun keluarga dengan mempersunting putri Raja Solok. Akhirul kisah keturunan Into Kaili belajar dan menjadi Da’i di Barus , kerajaan Samudra Pasai.Oleh penguasa Kerajaan Samudra Pasai kelak diutus 3 ( orang) datuk (salah seorangnya adalah keturunan Into Kaili) untuk syiar Islam di Pulau Sulawesi. Datuk Ri Bandang bersama temannya menetap di Makassar dan Abdullah Raqie gelar Datuk Keramat berpisah menuju lembah Palu.
Dalam sejarah, lewat Abdullah Raqie inilah Islam dikembangkan di abad ke 16 di lembah Palu. Dalam buku Silsilah Santina, M.Noor Lembah (alm) menceritakan hubungan kekerabatan antara Abdullah Raqie ini dengan Santina kemagauan Tavaili.
Akhirul kalam, sudah saatnya sejarah harus ditulis. Khusus sejarah Tavaili sangatlah minim dalam kepustakaan. Tentu Tavaili dengan komunitas berbahasa Rai, atau dikenal dengan Topo Rai sudah saatnya memperkenalkan jati diri lewat banyak tulisan agar tidak menjadi komunitas yang terlupakan.
Tulisan pena lewat penelusuran jejak Into Kaili di kota Solok adalah sebuah langkah awal penting yang harus dimulai lewat orang Tanjung Padang dirantau. Tanjung Padang sejak dahulunya adalah bahagian dari Distrik SIRENJA atau orang Belanda menyebut sebagai Sirenjong dari Tavaili Utara. Akan berbeda suasana kebatinan bila orang Tanjung Padang sendiri yang mmperjuangkannya. Menemu kenali hubungan antara Solok, Dato Karamah, Islam dan Tavaili pasti sangat membahagiakan. Selamat bekerja.
Bukit Tinggi, 5 Agustus 2023
SFL- Social Worker