Laporan: Darmawan
Pasangkayu, 50detik.com- Pelabuhan Dermaga Tanjung Bakau yang dimiliki menjadikan Kabupaten Pasangkayu sebagai salah satu pintu gerbang ekonomi di Sulawesi Barat. Kabupaten ini telah memiliki Pelabuhan sebagai pintu ekspor di kawasan timur di Indonesia.
Fasilitas yang strategis ini sangat menguntungkan, khususnya bagi pelaku agribisnis termasuk petani.
“Tidak perlu waktu lama, setelah dipanen, di produksi dalam waktu kurang dari satu minggu produk olahan pertanian terkirim ke manca negara,” kata Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Kementerian Pertanian saat melepas ekspor RBD Olein Palm sebanyak 15.000 mt senilai Rp. 107,5 miliar tujuan China.
Jamil mengapresiasi upaya yang dilakukan pelaku usaha di Pasangkayu dalam hal ini PT Tanjung Sarana Lestari (TSL) yang telah menjual produk pertanian bukan dalam bentuk mentah namun sudah dalam bentuk olahan.
Selain itu, Jamil juga menyampaikan bahwa Kementerian Pertanian telah meluncurkan produk asal Sawit berupa biodiesel B100. Kedepan, kita dukung pemerintah untuk menjadikan produk sawit sebagai sumber energi tidak saja bagi dalam negeri tapi juga dunia.
“Ditengah tekanan harga sawit di pasar global saat ini, kedepan peluang sebagai sumber energi, biodiesel terbuka. Hilirasi produk pertanian tentunya sangat kita dukung agar dapat memberi nilai tambah bagi pelaku industri dan juga petani,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Mamuju, Akhmad Alfaraby menyampaikan data ekspor PT TSL yang tercatat pada sistem otomasi data karantina, IQFAST di tahun 2018 yakni RBD Palm Olein sebanyak 74,8 MT tujuan Cina senilai Rp. 1,046 milyar. Sementara selama kurun waktu Januari hingga minggu ke-2 April 2019 telah melakukan 14 kali eksportasi dengan total 111,06 MT tujuan Cina senilai Rp. 773,3 milyar. Juga eksportasi Cangkang Sawit sebanyak 8.490,695 MT senilai Rp. 49,7 miliar tujuan Jepang milik PT Jambi Nusantara.
Kenaikan ekspor khususnya sawit dan olahannya yang cukup signifikan terlebih setelah permasalahan Sanitary and Phytosanitary (SPS) antara Indonesia dan Cina terkait sawit sehingga pintu ekspor ditutup di tahun 2016. Namun dengan upaya harmonisasi protokol karantina kedua negara yang berhasil dilakukan kini kembali menggeliat masuk ke Cina sebagai potensi pasar dengan jumlah penduduk yang besar.
Sebagai komoditas wajib periksa karantina, jajaran Karantina Pertanian di Wilayah Kerja Pasangkayu melakukan tindakan karantina guna memberikan jaminan dan kesehatan produk sesuai dengan persyaratan negara tujuan ekspor. “Sertifikat Kesehatan Tumbuhan, atau Phyosanitary Certificate (PC) akan menyertakan produk pertanian kita agar dapat diterima di pasar global,” tambahnya.
Bupati Pasangkayu, Agus Ambo Djiwa yang hadir dipelapasan ekspor menyampaikan apresiasinya atas program pembangunan pertanian oleh Kementan diwilayahnya. Dengan potensi utama berupa hasil perkebunan, khususnya Sawit dan Kakao menjadi pendapatan per kapita masyarakat di Kabupaten ini Rp. 50 juta per tahun, paling tinggi diantara kabupaten di Sulawesi Barat lainnya yang rata-rata Rp. 36 juta per tahun.
Berdasarkan data, komoditas pertanian unggulan ekspor lainnya adalah kambing potong, sarang burung walet dan pisang. Agus juga menyampaikan masih banyak potensi yang dapat digali di daerahnya, terlebih dengan adanya fasilitas strategis berupa pelabuhan dermaga sebagai pintu ekspor.