Penulis: Darmawan
Legenda dua bongkahan batu besar berdampingan, menjadi panorama wisata pantai. Keberadaan batu oge itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang kesana.
Dua bongkahan batu besar itu, berada tidak jauh dari Kota Pasangkayu, tepatnya di Desa Batu Oge, Kecamatan Pedongga, Kabupaten Pasangkayu, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).
Konon, batu besar atau dikenal masyarakat setempat batu oge itu merupakan dua pasangan kekasih yang tidak mendapat restu, yang merendam kakinya di air hingga menjadi batu.
Ada pula cerita menyebut, bongkahan batu besar itu merupakan gerbang menuju Kota Wentira di Kebun Kopi, Sulawesi Tengah. Kini cela dua batu besar itu dibangunkan jembatan oleh pemerintah setempat. menambah keindahan wisata itu.
Penasaran, Yuk ! jalan-jalan ke Objek Wisata Batu Oge. Tepat pukul 10:51 Wita. Saya bersama sobatku, Jamal berkunjung ke Objek Wisata batu Oge. dengan mengendarai motor, star dari Kota Pasangkayu.
Jarak dari Kota Pasangkayu ke Batu Oge kurang dari 15 km atau lama perjalanan kurang dari 20 menit untuk sampai disana. Sepanjang jalan poros beraspal mulus. Namun memasuki lorong menuju wisata, jalannya berkerikil campur tanah.
Menjelang siang, pukul 11:09 tiba di Wisata Batu Oge, Diatas bukit kawasan wisata, tertulis selamat datang di Objek Wisata Tanjung Batu Oge. Pemandangan pantai begitu indah dilihat dari ketinggian. Meski pantai tersebut tidak berpasir putih.
Ist….. Di Pantai ini, terdapat hewan endemik yang dilindungi yaitu penyu. Keberadaan penyu itu, disaksikan langsung warga atas nama Herman yang menemukan penyu di pesisir Pantai Tanjung Batu Oge.
Pak Sumar, salah satu petugas yang berjaga di wisata tersebut menceritakan legenda bongkahan batu besar, disebutnya Batu Oge merupakan bahasa kaili yang artinya batu besar.
Dua bongkahan batu besar itu, tampak seperti gerbang menuju ke salah satu tempat. “Batu besar ini merupakan jalan menuju Wentira Kebun Kopi, Sulteng” Katanya
Tak sabar ingin menyaksikan langsung keindahan wisata batu oge. Kami pun pamit kepada Pak Sumar untik menyaksikan lebih dekat dua bongkahan batu besar tersebut.
Saya bersama sobatku mulai melangkah ke jembatan penghubung dua bongkahan batu itu. Saat berada di atas jembatan, suara ombak semakin terdengar jelas ditelinga, sentuhan angin sepoi makin terasa di kulit.
Panorama keindahan objek wisata sungguh menakjubkan. Maka tak herang, saat berada disana, sangat nyaman, terlebih ditemani secangkir kopi yang dipesan dari ibu Rismawati, penjual di atas jembatan itu.

Dari atas jembatan terlihat gelombang ombak berkejaran dan terus mengikis dua bongkahan batu. Dan di sekitar terlihat pecahan batu karang, pasir dan pepohonan rimbun sepanjang objek wisata.
Risma bercerita, sejak jembatan dibagun tahun 2021, pengunjung pantai ini terus bertambah. “Pada liburan lebaran idul fitri kemarin, sangat ramai pengunjung” Katanya Risma
Menurutnya saat ramai-ramainya pengunjung penghasilan 500 ribu sampai 1 juta keatas dalam perhari. Namun, saat ini hanya di angka 200 ribu rupiah kebawa perharinya. ini dampak harga sawit yang anjlok.
Tetapi, yang menjadi kendala, di objek wisata ini, lahan parkir roda empatnya yang masih sempit. akibatnya ketika pengunjung ramai, terkadang pengunjung ada putar balik.
“Kami sangat bersyukur, Pak. karena ramainya pengunjung ini meningkatkan ekonomi (penghasilan). Terlebih saat harga sawit mahal” Ucapnya.
Sebulan terakhir ini, harga sawit anjlok, pengunjung disini berkurang bahkan ada pengunjung hanya datang, tidak lagi berbelanja. Sebab, saat ini masyarakat kebanyakan berkebun sawit.
Objek Wisata yang satu ini, merupakan salah satu wisata pantai dari puluhan yang menjadi prioritas akan di kembangkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pasangkayu. Wisata pantai lain Pantai Koa-Koa dan Cinoki.
Wisata ini nantinya akan menjadi salah satu potensi dimiliki Kabupaten Pasangkayu. Dalam mendukung Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN). yang akan dipromosikan oleh pada duta wisata yang baru saja terpilih.