Laporan: Rahmat Pratama
Palu, 50detik.com–Tak terasa air mata metes saat menyaksikan Fahri Fajar (11) duduk di kursi roda, karena kakinya diamputasi.
Fahri murid kelas 5 SD Inpres Perumnas Balaroa Palu merupakan salah satu anak yang tak pernah membayangkan kalau nasib tragis akan menimpa dirinya diusia masih belia harus mengalami kehilangan kaki, padahal anak ini termasuk salah satu murid yang tergolong ceria, periang di sekolahnya.
Petang itu, Jumat, 28 September 2018 sekitar pukul 17.00 tiba-tiba saja ada gemuruh di bawah tanah Perumnas Balaroa, ternyata gemuruh itu adalah pergeseran tanah yang kemudian meluluhlantakan bangunan serta mencabut nyawa manusia tanpa pandang buluh, dari balita, anak-anak, remaja, kakek, nenek pria maupun wanita semua digulung seperti dalam blinder, dan dalam waktu sekejap perumahan Balaroa serta penghuninya habis.
Ratusan rumah dan bangunan lain hancur, dan ribuan nyawa tak tertolong. Fahri salah satu anak yang selamat dari gempuran gempa likuifaksi meskiharus kehilangan kaki.
Kala itu, seakan kiamat telah tiba, tak ada yang bisa menolong, semua bergerak sendiri-sendiri mencari jalan menyelematkan diri, tapi Fahri si anak kecil tak kuasa melawan takdir, dia harus bertahan menunggu pagi di tengah jepitan reruntuhan bangunan. Fahri hanya bisa menangis dan meraung minta tolong. “tolong….tolong…tolong’’ teriak Fahri di malam kejadian itu, tapi tak ada yang mendengar. Diapun membiarkan tubuhnya dalam himpitan bangunan, tak ada kekuatan lagi untuk bisa keluar dari reruntuhan, justru badannya terasa semakin lemas sampai akhirnya fajar menyingsing dan para relawan juga mulai menyusuri reruntuhan bangunan yang kemudian menemukan Fahri tergelatak dalam himpitan runtuhan bangunan. Tak ada lagi suara yang bisa diucapkan, karena kondisi fisik makin lemah, namun para relawan segera mengevakuasinya dan membawanya ke RS dan kemudian diterbangkan ke Makassar untuk mendapatkan perawatan.
Fahri harus rela kehilangan kakinya, dengan harapan masih bisa hidup untuk melanjutkan pendidikan.
Fahri memang bisa selamat dari ganasnya likuifaksi, tapi keluarganya mengalami nasib tragis ibu, adik dan neneknya menjadi korban dalam peritiwa gempa itu.