Jakarta, 50detik.com—– Jurnal ilmiah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) terus unjuk prestasi. Ada enam jurnal yang kini menduduki peringkat 10 besar tingkat Asia dalam bidang religious studies atau kajian keagamaan.
Data ini tercatat dalam rilis pemeringkatan jurnal-jurnal dunia yang diterbitkan Scimago Journal & Country Rank (SJR) per 11 Mei 2022. Ada 11 jurnal PTKI yang telah terindeks Scopus. Empat di antaranya meraih peringkat tertinggi pada Q1 (Quartile 1). Selain itu, ada dua jurnal yang berada di peringkat Q2 dan dua jurnal di Q3. Sedang tiga jurnal lainnya belum masuk dalam pemeringkatan.
Adapun enam jurnal yang masuk peringkat sepuluh besar Asia dalam bidang kajian keagamaan adalah: (1) Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies (IJIMS) IAIN Salatiga (peringkat pertama), (2) Journal of Indonesian Islam (JIIS) UIN Sunan Ampel Surabaya (kedua); (3) Qudus International Journal of Islamic Studies (QIJIS), IAIN Kudus (ketiga); (4) Studia Islamika PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (keempat); (5) Islamic Guidance and Counseling Journal Institut Agama Islam Maarif Nahdlatul Ulama (IAIMNU) Metro Lampung (keenam); dan Al-Jami’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (kesembilan).
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani, menilai capaian ini menunjukkan tingginya kontribusi ilmiah civitas akademika PTKI terhadap paradigma berfikir dan pembangunan peradaban global. “PTKI bukan hanya milik Indonesia, tetapi milik dunia. Eksistensinya tidak hanya untuk membangun peradaban Indonesia tetapi juga masyarakat dunia”, ungkap guru besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini di Jakarta, Kamis (11/5/2022).
Apresiasi juga disampaikan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), Amin Suyitno. “Hemat saya, jurnal merupakan jendela atas kualitas akademik perguruan tinggi. Semakin tinggi kualitas perguruan tinggi di antaranya ditandai dari seberapa besar reputasi jurnal yang dikelola oleh perguruan tinggi yang bersangkutan,” ungkapnya.
Menurutnya, reputasi terbaik tingkat global, khususnya di bidang religious studies, ini menunjukkan tingginya kualitas PTKI. “PTKI tidak hanya menjadi instrumen dalam meningkatkan mobilitas vertikal kalangan muslim Indonesia di tingkat nasional, tetapi juga tingkat dunia, khususnya mobilitas akademik yang sangat berkualitas,” sebut Suyitno yang juga guru besar UIN Raden Fatah Palembang.
Rektor IAIN Salatiga, Zakiyuddin Baidhawy mengungkapkan bahwa keberadaan IJIMS dan jurnal-jurnal PTKI di peringkat tertinggi jurnal di Asia adalah buah kerja yang sistematis dan kolaboratif. “Capaian ini bukan semata mengharumkan nama IAIN Salatiga, bahkan juga berimbas pada nama baik PTKIN dan Kementerian Agama,” ungkap Zaki.
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sekaligus pendiri portal MORAREF Kementerian Agama, Al Makin menyatakan bahwa jurnal-jurnal PTKI telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, terutama dalam 10 tahun terakhir. Dia berharap keberpihakan terhadap jurnal melalui berbagai skema pembiayaan perlu dilakukan secara konsisten.
“Dengan meningkatnya jurnal-jurnal kita bertambah percaya diri untuk bersaing dengan perguruan tinggi di lingkungan Indonesia ataupun regional, bahkan dunia. Jurnal di PTKI pasti akan lebih baik lagi ke depan, maka pendanaan riset, berbagai skema riset, dan dukungan kepada riset harus lebih ditingkatkan lagi,” Al Makin.
Koordinator Subdit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Diktis, Suwendi, menyatakan bahwa dirinya terus memberikan pendampingan, fasilitasi, dan afirmasi agar jurnal yang dikelola oleh PTKI terus meraih reputasi yang lebih baik. “Bahkan, saat ini tengah disusun modul peningkatan kualitas jurnal internasional bereputasi agar jurnal yang telah terakreditasi secara nasional mampu meraih reputasi internasional. Selain itu, kami juga sedang menyusun modul agar jurnal yang belum terakreditasi dapat menjadi akreditasi,” ungkap Suwendi yang juga doktor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Lebih dari itu, afirmasi bantuan untuk peningkatan publikasi ilmiah baik dalam bentuk buku maupun artikel pada jurnal terus diberikan. “Ini semua dilakukan agar kapasitas intelektual dosen di lingkungan PTKI terus meningkat dan semakin produktif,” papar Suwendi.
Sejumlah pengelola jurnal pun tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. Managing Editor Studia Islamika, Oman Fathurahman, menyebutkan bahwa capaian ini adalah sinyal baik yang menegaskan posisi kajian Islam Indonesia di mata dunia. “Studia Islamika sejak awal memiliki misi menjembatani kesenjangan kajian keislaman di Indonesia dan dunia. Meskipun pemeringkatan bukan tujuan, namun peningkatan sitasi dalam sebuah jurnal adalah indikator tinggi rendahnya kebermanfaatan dan kontribusi artikel yang diterbitkan terhadap kemajuan bidang keilmuan terkait,” ungkap Guru Besar FAH UIN Jakarta ini.
Executive Editor Journal of Indonesian Islam, Khoirun Niam mengamini pernyataan Oman. Menurutnya, capaian ini bermanfaat bagi tumbuh kembangnya academics atmosphere di PTKI menuju pendidikan tinggi yang mendunia.
“Ini adalah upaya yang berliku. Tidak mudah mempertahankan prestasi ini. Saya bangga dengan capaian Journal of Indonesian Islam (JIIs) di Scimago JR tahun 2021. JIIs dapat mempertahankan posisi Q1 pada semua bidang keilmuan yang dinaungi: Religious Studies, Cultural Studies dan History. Terlebih lagi dengan nilai SJR yang naik dari posisi 0.254 di tahun 2020 menjadi 0.286 di tahun 2021,” ungkap Niam.
Kebanggaan yang sama juga diungkap oleh Editor-In-Chief Islamic Guidance and Counseling Journal (IGCJ), Aprezo Pardodi Maba. “Ini adalah buah kerja sama yang solid dari semua pihak. Quartile dan SJR ini menjadi modal penting bagi IGCJ dalam menarik perhatian penulis-penulis bereputasi internasional dimasa yg akan datang,” ungkap Aprezo. (Muhammad Nida Fadlan, Khoirun Niam).
Sumber: Humas Kemenag RI