Palu, 50detik.com-Program ‘Patujua’ kini dikembangkan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Tengah ternyata memiliki empat tujuan yang patut medapat dukungan semua masyarakat.
Empat tujuan itu adalah menurunkan angka perkawinan anak, meningkatkan usia kawin pertama (UKP), menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta menurunkan angka stunting.
Kepala Perwakilan (Kaper) BKKBN Sulteng, melalui Penjabat Humas BKKBN Sulteng, Bramanda Noya mengatakan, salah satu yang mendasari lahirnya program terintegrasi berbasis kearifan likal itu, yakni masih tingginya perkawinan anak di Sulteng.
Berdasarkan data susesnas BPS 2018, perkawinan anak mencapai 58,97 persen dari seluruh perkawinan yang ada. Selain banyak menyumbang angka perceraian, perkawinan anak tersebut, ternyata juga banyak berkontribusi pada angka kematian ibu dan anak yang tinggi. Pada 2018, angka kematian ibu di Sulteng sebesar 149 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi 9 per 100.000 kelahiran hidup.
“Ini berarti dari setiap 100.000 kelahiran hidup terdapat 149 ibu dan 9 bayi yang mati pada 2018,” jelas pria akrab disapa Bram ini kepada Sulteng Raya, Selasa (17/11/2020).
Ia mengatakan, untuk mencegah kematian ibu dan bayi tersebut, perlu program penurunan angka prevalensi pernikahan anak.
“Program ini merupakan program integrasi yang berbasis kearifan lokal yang disebut ‘Patujua’,” katanya.
Program Patujua, kata Erna -sapaan akrab Kaper Maria Ernawati-, diimplementasikan dengan sosialisasi, baik melalui media sosial (medsos), media cetak, surat kabar online dan media lainnya.
Keterpaduan pembangunan lintas sektor di Sulteng melalui SK Gubernur Sulteng, melibatkan Perwakilan BKKBN Sulteng, Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sulteng, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarag Berencana (DP2KB) Sulteng, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sulteng, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Sulteng, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sutleng, Forum GenRe, koalisi kependudukan, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat.
“Monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara bersama-sama dan intensifikasi program ekstra kurikuler di lebih 400 sekolah SMA/SMK sederajat di Sulteng,” ucapnya.
Adapun sasaran program sosilasi ‘Patujua’ itu, yakni siswa sekolah kelas 1 dan 2 SMA/SMK sederajat di seluruh kabupaten dan kota se-Sulteng.
“Ayo dukung program integrasi ‘Patujua’ jadilah generasi Sulteng yang berencana, karena berencana itu keren,” tuturnya.
Sebagai informasi tambahan, program integrasi ‘Patujua’ merupakan sistem dikembangkan di Sulteng untuk percepatan penurunan pernikahan anak meliputi regulasi, manajemen strategi dan tata kelola, monitoring dan pengembangan informasi teknologi dengan mengedepankan kearifan lokal.
Jargon ‘Patujua’diambil dari bahasa kaili yang artinya ‘yang akan dituju’. ‘Patujua’juga merupakan akronim dari P berarti Peduli remaja, A berarti Advokasikan penurunan perkawinan anak, T berarti tingkatkan dukungan stakholder dan mitra kerja, U berarti upayakan sosialisasi, J berarti jadikan pendidikan sebagai wadah utama, U berarti ubah pola pikir remaja dan masyarakat, A berarti agar remaja hidup berencana. Rencananya, program integrasi tersebut segera dilaunching.
SUMBER: HUMAS BKKBN SULTENG