Catatan Pinggir Jelang  Reuni Fakultas Hukum Untad: Lahirnya Angkatan 83 Sang Pelopor (Bag-2) 

Foto Ibnu Khaldun study club

Palu, 50detik.com– Masih terngiang salah satu nasehat dari Prof.Doktor Mattulada Sang Rektor yang menekankan perlunya membangun tradisi ilmiah di kampus Tadulako.

Bagi mahasiswa botak saat itu paham atau tidak terpenting adalah mendengarkan dan menyimak baik baik dengan muka diluruskan menghadap ke depan seolah-olah serius.

Maklum kami semua mahasiswa baru duduk di atas rumput lapangan kampus Bumi Nyiur di Setiabudi yang kala itu berubah warna dari hijau menjadi putih berkilau dan sedang diawasi tatapan mahasiswa senior.

Sementara langit dengan panas menyengat bersatu padu dengan keringat apek sehabis diguling-guling para senior amat sangat mengganggu. Masker tembus.

Baru ketika menjalani perkuliahan, satu persatu bahagian puzzle dari makna tradisi ilmiah mulai menempel di otak. Ada pepatah di masyarakat,

“Saya mendengar ditelingaku, saya tahu tapi tak menempel di otakku.” Kira-kira seperti itulah perumpamaan saat OPSPEK.

Tapi saat perkuliahan dijalani barulah terkuak banyak problematik di dunia kemahasiswaan.

Mulai mengatur kehadiran menyesuaikan jadual perkuliahan yang sering berubah, siasat menghadapi dosen (apalagi dosen killer), memahami perilaku teman perkuliahan terutama mahasiswi dengan segala aksinya.

Belum lagi kegiatan yang tak ada habis-habisnya dari pengurus Senat Mahasiswa yang harus diikuti.

Beruntung dalam keterbatasan fakultas, ada keikhlasan dan ketegasan staf administrasi yang tak bosan memberi pelayanan. Adalah pak Azhar Dg.Mawasa salah satu di antara mereka yang paling dihormati. He is The Legend.

Dalam Pola Pembinaan Mahasiswa (POLBINMAWA) dalam buku Wawasan Almamater yang menjadi kitab suci para aktivis kampus di zaman NKK-BKK itu ada disebutkan bahwa Mahasiswa sebagai warga Catur Garba Ilmiah wajib menjalani peran sebagai agen perubahan.

Para pengurus Lembaga kemahasiswaan yang dibentuk berada dalam pemenuhan dari apa yang disebut dengan Student needs, Student Interest dan Welfare Student.

Lewat aktivitas kemahasiswaan inilah peran sebagai salah satu dari Catur Garba Ilmiah diharapkan bisa membangun Tradisi ilmiah dalam lingkup pencapaian Tri Dharma Perguruan Tinggi di Universitas Tadulako. Lalu bagaimana cara menjalankan peran itu?

Sejak menjadi Sekretaris Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Hukum di tahun 1984, dan kemudian terpilih menjadi Ketua Senat Mahasiswa fakultas pada tahun 1985 misi tradisi ilmiah mulai dikerjakan.

Bersama ketua Badan Perwakilan Mahasiswa saat itu, Amil S.Pana (kini menjadi dosen di fakultas Hukum Universitas Bosowa Makassar dengan gelar Doktor Ketatanegaraan). Dan Sekretaris Senat Mahasiswa Abdulhakim Languha (almarhum) beserta jajaran pengurus lainnya kami memulai program membangun tradisi ilmiah itu.

A. STUDENT NEEDS

Kebutuhan mahasiswa paling penting adalah mereka harus bisa menyelesaikan perkuliahan tepat waktu.

Dengan sistem perkuliahan SKS atau Sistem Kredit Semester yang diterapkan saat itu tak boleh lagi mahasiswa berleha-leha dalam status abadi sebagai Mahasiswa.

Istilah “kambing tua” bagi mahasiswa abadi tak boleh ada lagi. Maklum fakultas hukum saat itu adalah kampus yang menerima “Mahasiswa Hijrah” calon Drop Outbaik dari Jakarta, Makassar, Bandung dan kota lainnya yang hanya bisa sarjana mudanya dan kemudian melanjutkan studi mendapatkan Sarjananya di fakultas.

Belum lagi mahasiswa hijrah dari Universitas Haluoleo, Kendari yang ternyata jurusan fakultas hukumnya dihapus oleh kementerian Pendidikan.

Kurang lebih ada sekitar 25 mahasiswa dari Haluoleo yang kemudian menjadi mahasiswa di fakultas hukum.

Kehadiran mereka bahkan menggegerkan fakutas karena ketampanan menyebabkan persaingan semakin ketat dalam lika liku percintaan di kampus.

Langkah yang diambil adalah menghidupkan pusat-pusat studi atau study club di kalangan mahasiswa. Para mahasiswa yang tadinya hanya dalam kelompok-kelompok belajar kecil disarankan membentuk studi club yang kemudian dalam aktivitasnya terkadang memanggil para senior untuk belajar bersama dan sesekali mendatangkan dosen-dosen pengajar.

Untuk menambah girah pada moment Hari Nasional atau moment keagamaan dibuatkan diskusi-diskusi hingga Studium General.

Kehidupan kampuspun menjadi semarak dengan kegiatan ilmiah. Tercatat paling tidak akitivitas organisasi Ko-Kurikuler seperti Ibnu Khaldun Study Club yang keanggotaan aktif di atas 100 orang lebih bahkan lintas angkatan dan lintas fakultas dari Ekonomi, Sospol, Pertanian,FKIP dan dari perguruan tinggi lainnya yang ada di kota Palu. Juga tercatat aktifnya Protectiva Study Club dan organisasi mahasiwa APATIS dan masih banyak lagi.

Hampir setiap hari para anggota gelar belajar bersama baik dalam kelas-kelas terjadual maupun dalam kelas lapang. Mereka mempunyai sekretariat masing-masing dan karena intensifnya aktivitas belajar mulailah tumbuh pusat-pusat dari gerakan mahasiswa di kota Palu.

Entah siapa yang mempelopori yang jelas di FISIPOL, Pertanian juga di Pendidikan Ahli Tehnik (PAT) Untad aktivtas study club. Kegiatan ilmiah di kampus seolah saling berlomba digelar.

Foto Dokumentasi Ibnu Khaldun Study Club 1986 

Puncak dari itu akhirnya dipelopori oleh para study club di fakultas akhirnya digelar study banding ke Universitas Brawidjaya Malang.

Jujur kami belajar soal soal aktivitas kelembagaan dan kegiatan kemahasiswaan di fakultas Hukum, soal pengelolaan Koperasi Mahasiswa dan yang paling substansial adalah soal Kurikulum dan Pembelajaran di fakultas hukum Brawidjaya untuk menjadi bahan perubahan penyusunan kurikulum fakultas Hukum Untad.

Lebih 80 orang mahasiswa dipimpin oleh bapak Fadjar Adam SH selaku Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan selama hampir 2 (dua) minggu kami berstudy banding di FH.Brawidjaya termasuk mengarungi lautan Bersama KM Kambuna dan balik dengan KM Tokala yang penuh kenangan.

Foto Dokumentasi H.Sofyan Farid Lembah : Sehabis Diskusi Kemahasiswaan Bersama Senat Mahasiswa FH. Brawidjaya Malang – FH UNTAD Palu

Salah satu menjadi catatan, bahwa pembiayaan study banding tersebut bukan atas dana kemahasiswaan dari universitas akan tetapi itu adalah dana mandiri panitia. Bagaimana bisa?

Berbulan-bulan panitia mengembangkan kreativitas dalam penggalangan dana termasuk dana mandiri peserta.

Sampai saat ini terkadang saya tersenyum melihat kegigihan para mahasiswa di fakultas yang mengembangkan kegiatan lewat pertunjukkan seni.

Foto Dokumentasi H.Sofyan Farid Lembah : Pertemuan Pengurus Senat Mahasiswa Saat Jelang Diskusi Kemahasiswaan FH.Brawidjaya – FH.UNTAD di kampus Universitas Brawidjaya

Pertunjukan seni untuk Study banding kami gelar di Hotel Palu Golden dan ini kegiatan komersial. Penonton wajib membayar karcis HTM dan anehnya masyarakat di kota Palu pencinta seni membludak memenuhi seluruh kursi yang tersedia dan kamipun menggelarnya hingga 2 (dua) kali.

Artis-artis lokal dari fakultas baik Vocal group, Penari-penari, Country Music, Pembacaan Puisi dan Teaterikal bung Arifin Sunusi, Amil S.Pana dan yang lainnya hingga artis “Al Jerrau” kota Palu Moh.Tavip mengguncang hotel Palu golden. Moment indah yang tak pernah saya lupakan. Pembelajarannya adalah kemandirian. (Bersambung)

Palu 3 Mei 2024
H.SOFYAN FARID LEMBAH
Mantan Ketua Senat Mahasiswa FH UNTAD/ Pekerja Sosial

Pos terkait