CATATAN PERJALANAN AWAL TAHUN: MEMASTIKAN APLIKASI PROPARTIF DALAM NEGOISASI PENYELESAIAN SENGKETA DI PANWASCAM KABUPATEN BUOL DAN TOLI TOLI. (Bagian 2 habis)

Penulis: SOFYAN FARID LEMBAH

50detik.com–Usai hujan deras mengguyur habis sejak dini hari kami bersiap kembali menuju kota Toli Toli. Hari ini hari Jum’at, kami ingin memastikan di desa mana akan laksanakan shalat Jum’at yang tinggal 2 jam lagi.

Ini di luar kebiasaan, harusnya perjalanan nanti setelah shalat Jum’at dilaksanakan. Rupanya pak ketua Bawaslu kabupaten Buol, Karianto punya rencana lain. Beliau mengajak singgah selain ke rumah beliau di desa Keramat juga ke desa Lakea yang punya hubungan kekerabatan dengan suku saya, suku Kaili.

Di desa Lakea sudah menunggu Ketua Panwascam dan dikantor yang sederhana sudah menunggu kepala sekretariat beserta staf lengkap dengan sekarung durian hutan ang baru dipetik dikebun.

Tentu kejutan yang luar biasa yang sejak Rabu belum sempat tersentuh. Tak boleh berhenti sebelum habis durian itu dilahap.

Adzan berkumandang di masjid mengharuskan saya berhenti menikmati durian manis dan legit asal desa Lakea. Seumur hidup inilah Shalat Jum’at paling berkesan. Perut kenyang dan senyum nakal tersungging. Maklum ini di luar pengawasan bahkan sebuah pelanggaran. Tapi saya yakinkan bahwa saya telah membaca surat al Kautsar sebelum memakan durian tadi.

Jelang sore kami sudah masuk kota Toli Toli dan langsung istirahat melepaskan penat. Mengumpulkan kekuatan karena malam ada lebih 45 orang PANWASCAM SE kabupaten Toli Toli menagih janji praktek penyelesaian sengketa ala PRopartif seperti halnya di kabupaten Buol kemaren. Hanya disini bedanya dititip saran penguatan sekretariat yang bisa mendukung pelaksanaan penyelesaian sengketa agar efektif dilakukan.

Malam Sabtu yang indah terlewat penuh dengan keceriaan. Para sekretariat di kantor kecamatan menyimak apa semua penyiapan fasilitas yang diperlukan di setiap ruang pengaduan masyarakat. Bukan hanya sarana dan prasarana tapi paling terpenting adalah pemahaman ketrampilan memanfaatkan tools Propartif yang diperkenal dan dipraktekan yang bermanfaat bagi para anggota Panwascam.

Sama halnya dengan di kabupaten Buol, terlebih dahulu ditanamkan soal The Gokden Triangle dan kemudian praktek soal LSD, reframming, miroring, meta komunikasi, Turning point, mencari solusi, pengakhiran dan feed back.

Alhamdulillah diusia senja saya bisa memberi kontribusi keterampilan kepada mereka di Panwascam yang menjadi ujung tombak pengawalan demokrasi di Pemilu 2024 ini. Usai jam 23.00 malam mereka melepas kepergian saya kembali ke kota Palu.

Atas perintah ketua BAWASLU kabupaten Toli Toli, Doktor Fajar Sadik saya harus menerobos jalan pulang melewati desa Ogoidede di jalan alternatif menembus gunung melingkar agar tidak terjebak di jalan Provinsi yang sedang diperbaiki dan dipastikan malam itu tambah rusak berat akibat hujan semalaman.

Ditemani komisioner Abd.Fattah dan 2 driver, kami berempat melakukan perjalanan di tengah malam. Tak terasa lepas subuh kami sudah sampai dipertigaan desa Toboli yan terkenal dengan kuliner Lalampanya yang lezat luar biasa. Ditemani kopi pahit seluruh kelelahan dan drama melintas Cagar Alam Tinombala seolah hilang tak berbekas. Teringat lagu Koes Plus yang legend, “PagI yang indah sekali. HMM YA”.

Ada keharuan ketika dari Toboli melintasi pegunungan Verbeek lewat Kebun Kopi saat melihat Tugu Kuning kota Jin Uentira yang terkenal itu.

Saat ini PUPR benar benar merehabilitasi areal kota jin itu dengan menata kembali baik sungai kecil dengan trap seolah sungai itu bertingkat tingkat dan lebih memukau jembatan baru di bangunkan kembali persis di lokasi Jembatan Tua peninggalan Belanda.

Ini berarti pemerintah tak melupakan sejarah panjang jembatan itu. Bagi saya pribadi, ini adalah nostalgia luar biasa dimana sebagai orang desa Nupabomba saya melihat kembali warisan jembatan tua itu hadir dalam ingatan sejarah budaya kami.

Kebun kopi adalah cikal bakal berdirinya kerajaan Tavaili di desa Nupabomba.tak kuasa menahan diri, sayapun meminta ijin komisioner untuk berfoto di Tugu Kuning menandakan saya sudah merestui kawasan tersebut menjadi salah satu destinasi wisata kabupaten Donggala.

Waktu terus berjalan dan tepat 10.05 kami sampai di bandara Mutiara Sis Aldjufrie Palu. Ya hari itu komisioner Bawaslu dan 2 anggotanya hendak menuju Surabaya bersama sama dengan bawaslu kabupaten lain untuk lakukan pengawasan memastikan pencetakkan surat suara benar benar sesuai dengan proses dan prosedur dengan kualitas terbaik dan tidak bertentangan dengan perjanjian kontrak.

Laju kendaraan saat dari Toli Toli memang disengaja untuk mengejar schedule penerbangan Maskapai Lion. Jam 10.30 pesawat akan boarding dan kami tidak terlambat.

Alhamdulillah. Kenyataan berbcara lain. Ternyata pesawat delay hingga pukul 13.00 kamipun tertawa lepas dan lega ketika kawan kawan dari Donggala menyampaikan khabar delay tersebut.

Saya katakan kepada rombongan dari Toli Toli untuk mandi dan berganti pakaian di bandara saja serta mobil saya sita di rumah. Kamipun berpisah.
Bagi pensiunan Ombudsman tak ada kata berhenti.

Sekecil apapun pengetahuan keterampilan dan ilmu selagi dibutuhkan wajib untuk disharing. Kita tidak boleh pelit apalagi sombong dengan ilmu tersebut. Sesederhana apapun itulah adalah bentuk kontribusi sekaligus menambahkan catatan baik yaitu REPUTASI.

Itulah yang kelak harus kita pertanggungjawabkan kepada Sang Khalik. Tak usah banyak berdebat apalagi merasa diri paling pintar dan berkuasa.

Semoga apa yang menjadi kontribusi bisa bermanfaat utamanya bagi efektifnya proses demokrasi yang terancam noda manipulatif. Lawan adik adikku dimanapun engkau berada!!! Wassalam

Palu, 24 Januari 2024
SOFYAN FARID LEMBAH
Social Workers

Pos terkait