” Perlu kita pikirkan suatu lembaga yang dapat melindungi harga produksi petani. Untuk itu, kami akan berupaya agar Perusahaan daerah (Perusda) Poso, segera kita aktifkan. Dengan harapan perusahaan daerah tersebut dapat mengambil peran untuk mengatasi persoalan pemasaran hasil produksi masyarakat petani ” Verna GM Inkiriwang.
NAPU 50detik.com- Harga panen masyarakat petani sering di mainkan tengkulak, menjadi pergumulan tersendiri bagi bupati Poso, dr. Verna Gladys Merry Inkiriwang. Perempuan memiliki program unggulan “Membangun Desa” ini, mengungkapkan rasa kwatirnya, dalam pertemuan dengan kelompok tani Dusun Mandiri, yang di rangkaikan dengan pencanangan “kampung Hultikultura” di Desa Watumaeta, Kecamatan Lore Utara.
“Pencanangan “kampung hultikultura” yang di inisiasi dinas pertanian Kabupaten Poso. Patut kami beri apresiasi karena sudah sesuai dengan Visi – Misi pemerintah daerah, pada point pertama, mewujudkan “Desa Maju” dan point ke empat tentang ” Masyarakat Poso Sejahtera,”. Ungkap bupati yang tidak pernah lelah menyusuri setiap kampung di kabupaten Poso, menyampaikan penghargaanya.
Setelah memperhatikan hasil pertanian masyarakat yang berlimpah ruah. Bupati pencetus “Poso Tangguh” ini, kembali mengingatkan kepada para petani untuk jeli membaca pasar agar tidak terlilit oleh skenario perdagangan sistim ijon yang pada akhirnya hanya mempersulit para petani itu sendiri untuk mendapatkan harga yang layak.
“Saat Panen raya, petani harus lebih jeli membaca pasar. Karena kesempatan seperti itu, adalah peluang bagi para tengkulak tidak bertanggungjawab mempermainkan harga panen masyarakat, dengan alasan nilai jual di pasaran lagi anjlok. Akibatnya, tidak sedikit hasil produksi petani hanya di beli di bawa harga. Tidak sedikit rekan-rekan petani kita di Kabupaten Poso nasibnya ibarat sudah jatuh, ketimpa tangga pula. Kita sedang berupaya mencari lembaga yang bisa mengatasi persoalan seperti ini,” Terang Bupati Verna bernada sedih.
Dari pertimbangan kejadian-kejadian seperti ini, maka pemerintah akan berupaya menghidupkan perusahaan daerah (Perusda) yang bertujuan sebagai penyangga kehidupan petani, khususnya pada penentuan harga jual produksi pertanian di kabupaten Poso ke depan.
“Sejak sekarang seluruh petani di lembah napu sudah harus mempertimbangkan produksi yang berdaya saing di pasaran, seperti kopi Arabika. Varietas ini sangat di minati beberapa negara luar seperti Amerika dan Cina. Demikian pula dengan sayuran, dan buah-buahan. Kita perlu melakukan inovasi pengembanganya, sehingga komoditi tersebut dapat di terima pada perusahaan-perusahaan besar di morowali, dan kalimantan.
“Khusus daerah Kalimantan kita sudah harus mempersiapkan diri dari sekrang, karena daerah Kalimantan akan sangat penting peranya bagi kabupaten Poso, sebagai wilayah terdekat. Ketika ibukota mengalami perpindahan ke Kalimantan, sudah pasti akan berpengaruh pada peningkatan kebutuhan masyarakat bidang sayur mayur dan buah, akibat pertambahan penduduk. Jika komoditi agribisnis kita berkualitas baik, maka peluang pasar di sana pasti petani Poso bisa rebut dengan mudah,” Ujar perempuan berpengalaman di DPR pusat itu mendorong semangat petani Poso.
Hadir dalam pertemuan tersebut Erick Tamalagi, staf khusus dari kementerian pusat. Dalampaparanya, Erick Tamalagi mengungkapkan bahwa pembentukan kampung Hultikultura di Kabupaten Poso adalah langkah baik karena sudah sesuai dengan potensi wilayah.
Selain pencanangan Kampung Hultikultura, bupati turut meresmikan sekaligus menandatangani prasasti irigasi perpipaan milik kelompok tani setempat. Kemudian di lanjutkan dengan acara panen tomat yang di rangkaikan dengan penyerahan penghargaan piala bergilir schistomiasis cup kepada puskesmas Wuasa, dan piagam penghargaan inovasi schisto Gadar Basis kepada 3 orang pemilik lahan bebas keong terbaik.
Penulis : Ferdinand Puahadi